Sosiologi Pedesaan

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT DESA RINGINTELU KECAMATAN BANGOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT DESA RINGINTELU KECAMATAN BANGOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

Oleh Tri Mahendra

mahendra unej

Pengertian Stratifikasi Sosial

Di dalam setiap masyarakat pasti memiliki sesuatu yang dianggap memiliki penghargaan lebih tinggi mengenai hal-hal tertentu. Penghargaan lebih mengenai sesuatu tersebut bisa dalam wujud material maupun yang non-material. Dalam konsep stratifikasi sosial, penghargaan nilai material bisa berwujud sebuah materi. Misalnya saja orang akan dihargai lebih ketika memiliki uang yang jumlahnya lebih banyak dari warga yang ada disekitarnya, memiliki rumah mewah, mobil mewah dan barang-barang lainnya yang berwujud materi yang mana itu dihargai lebih tinggi oleh masyarakat yang ada disekitarnya. Sedangkan dalam konsep stratifikasi sosial yang terbentuk bukan karena kepemilikan benda material dapat berupa prestise maupun kewibawaan yang dimiliki oleh seseorang yang berada didalam masyarakat. Misalnya saja, ada seseorang yang dihargai lebih tinggi oleh warga yang ada disekitarnya karena dia merupakan tokoh masyarakat, misalnya kyai, guru ngaji, ustad dan lain-lain. Dalam konteks ini, mereka mendapat penghargaan lebih tinggi oleh masyarakat bukan karena mereka memiliki kekayaan material yang lebih banyak dari warga yang lain. Akan tetapi mereka mendapat penghargaan tinggi karena ilmu yang dimiliki, sikap sopan santunnya dan kewibawaanya di dalam masyarakat.

Setiap masyarakat memiliki stratifikasi yang berbeda dengan masyarakat yang ada di daerah lainnya. Dikatakan oleh sosiolog Pitirim A. Sorokin dalam buku Sosiologi Suatu Pegantar karangan Soerjono Soekanto, dia mengatakan bahwa sistem lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah yang sangat banyak dianggap masyarakat berkedudukan dalam lapisan atas. Mereka yang hanya sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu yang berharga dalam pandangan masyarakat memiliki kedudukan yang rendah.[1]

Dalam aspek ini, individu yang ada didalam masyarakat dapat dihargai lebih atau tidak tergantung atas kepemilikan sesuatu yang dianggap berharga dalam masyarakat. Kepemilikan sesuatu yang berharga itu dapat berupa kepemilikan benda material. Namun sesuatu yang dianggap berharga oleh masyarakat tidak hanya berkutat pada seberapa banyak jumlah material yang dimiliki oleh masyarakat, akan tetapi jabatan, gengsi dan prestise juga merupakan basis yang dihargai dalam masyarakat. Dengan adanya kepemilikan sesuatu yang dianggap berharga dalam masyarakat dengan jumlah yang berbeda-beda. Maka terciptalah stratifikasi atau pelapisan sosial dalam masyarakat.

Menurut ter Har dalam buku Pengantar sosilogi pedesaan dan pertanian karangan rahardjo. Pelapisan Sosial masyarakat yang ada di desa dapat dibedakan atas golongan pribumi pemilik tanah, golongan yang hanya memiliki rumah dan pekarangan saja atau tanah pertanian saja, golongan yang hanya memiliki rumah saja diatas tanah orang lain. Sedangkan menurut Koentjaraningrat pelapisan sosial masyarakat desa dapat digambarkan melalui keturunan atau cikal bakal desa dan pemilik tanah (kentol), pemilik tanah diluar golongan kentol, dan yang tidak memiliki tanah.[2] Dalam aspek ini, terlihat bahwa stratifikasi sosial pada masyarakat desa terbentuk karena adanya kepemilikan tanah. Seseorang yang memiliki tanah dalam jumlah banyak akan memperoleh strata atas dalam masyarakat desa. Sedangkan seseorang yang tinggalnya numpang di atas tanah orang lain atau tidak memiliki tanah memiliki strata sosial bawah.

Dasar Lapisan dalam Masyarakat

Untuk menentukan ukuran atau kriteria dalam menggolongkan masyarakat kedalam suatu pelapisan masyarakat. Ada beberapa cara yang digunakan dalam menggolongkannya. Misalnya saja stratatifikasi sosial masyarakat berdasarkan pada ukuran kekayaan yang dimiliki. Dalam konteks ini, seseorang yang memiliki ukuran kekayaan yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang ada disekitarnya, dalam hal ini basis material sangat dominan untuk menentukan status sosial individu di dalam masyarakat. Ukuran kekayaan material menjadi komoditas yang berharga di dalam masyarakat. Seseorang yang memiliki basis material yang lebih banyak akan masuk kedalam strata sosial tingkat atas. Ukuran kekayaan yang berbasis komoditas material itu dapat berupa rumah, mobil, uang dan lain sebagainya.

Ada juga cara yang digunakan untuk menggolongkan seseorang berada dalam strata tertentu berdasarkan atas ukuran kekuasaan. Seseorang yang memiliki kekuasaan tertentu akan memperoleh strata sosial atas, karena dengan kekuasaan tersebut seseorang akan memperoleh wewenang. Cara lain untuk menggolongkan seseorang kedalam strata sosial tertentu yaitu dengan ukuran kehormatan. Orang yang paling disegani dan dihormati dalam masyarakat akan memperoleh strata sosial atas. Biasanya orang-orang ini merupakan sesepuh desa atau orang-orang tua yang dahulunya pernah berjasa dalam masyarakat. Misanya saja tokoh agama atau kyai dan ustad, guru ngaji atau sesepuh desa. Orang- orang tersebut mendapat strata sosial atas bukan karena komoditas material yang dimilikinya. Akan tetapi mereka mendapat posisi strata atas dalam masyarakat karena kebijaksanaannya. Ini berbeda dengan penggolongan strata sosial berdasarkan ukuran kekayaan seperti yang ada pada penggolongan strata sosial berdasarkan jumlah kepemilikan atas basis materialnya. Cara yang terakhir untuk menggolongkan seseorang kedalam strata tertentu dalam masyarakat adalah dengan ukuran ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat. Seseorang menjadi dihargai dalam masyarakat karena tingkatan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Misalnya saja seseorang akan lebih dihormati ketika seseorang itu telah berhasil menempuh pedidikan tinggi[3]

PEMBAHASAN

Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa Ringintelu

Berdasarkan pada pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan di daerah Desa ringintelu. Ada hal menarik yang dapat ditemukan. Dalam konsep telah disebutkan bahwa ada 4 penggolongan stratifikasi sosial dalam masyarakat. Diantanya adalah:

  1. Ukuran kekayaan
  2. Ukuran kekuasaan
  3. Ukuran kehormatan
  4. Ukuran ilmu pengetahuan

Ada hal menarik yang ada di Desa Ringintelu Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi. Strata sosial masyarakat Desa Ringintelu terbentuk karena adanya beberapa hal, yaitu pada basis komoditas materialnya, tingkat pengalaman individunya dan pada kehormatannya. Seseorang akan memperoleh strata sosial atas apabila dia memiliki kehormatan yang baik dimata masyarakat. Seseorang yang kaya raya akan tetapi tidak memiliki sikap sopan, tidak memiliki sikap suka berkumpul dengan masyarakat yang ada disekelilingnya tidak akan memperoleh strata sosial atas dalam masyarakat. Mereka yang kaya namun tidak memiliki sikap hormat tidak akan dihargai oleh masyarakat dan tidak akan memperoleh strata atas. Artinya untuk memperoleh strata sosial atas dalam masyarakat Desa Ringintelu tidak cukup hanya dengan memiliki kekayaan material saja. Tetapi sikap hormat dengan sesama warga desa juga menjadi penentu untuk memperoleh strata sosial atas.

Di Desa Ringintelu, seseorang bisa memperoleh strata sosial tingkat atas apabila dia memiliki sikap hormat kepada masyarakat. Seseorang akan memperoleh strata atas bila mereka memiliki banyak pengalaman dibidang apapun. Seseorang akan memperoleh strata atas bila pengalamannya banyak. Seseorang yang memiliki banyak pengalaman akan sangat dihormati karena mereka-mereka biasanya akan ditanyai seputar pengalamannya oleh warga sekitar. Misalnya saja pengalaman ketika merantau, kuliah, atau pernah menjadi pejabat di daerah lain. Tingkat pengalaman seseorang juga menjadi penentu seseorang memperoleh strata atas dalam Desa Ringintelu. Karena seseorang yang banyak pengalaman biasanya memiliki sikap kritis dan kreatif terhadap suatu hal. Ini yang menjadikan mereka sangat dihormati dan dihargai dalam masyarakat. Akan tetapi yang menjadi catatan penting bagi setiap warga Desa Ringintelu agar memperoleh strata atas dalam masyarakat adalah sikap hormat kepada sesama. Seseorang yang kaya raya, ataupun memiliki banyak pengalaman tetap tidak bisa memperoleh strata sosial atas apabila mereka tidak memiliki sikap hormat kepada orang lain. Intinya adalah sikap homat itu yang menjadi penentu utama, disamping harus memiliki kekayaan material dan banyak pengalaman untuk memperoleh strata sosial atas. Namun tidak menutup kemungkinan bagi mereka yang tidak memiliki ukuran kekayaan material yang banyak tidak bisa memperoleh strata sosial atas. Misalnya saja Kyai, meskipun Kyai tidak memiliki jumlah kekayaan material yang banyak akan tetapi mereka tetap memperoleh strata sosial atas karena ilmu agama yang dimiliiki serta sikap hormat mereka dihadapan warga yang ada di desa.

Komoditas yang Dominan di Desa Ringintelu

            Saat ini yang menjadi komoditas dominan dalam masyarakat di Desa Ringintelu adalah basis material. Kebanyakan orang yang ada di Desa Ringintelu berbondong-bondong untuk bekerja dan mencari uang. Artinya basis material menjadi hal yang dominan dicari oleh masyarakat Desa Ringintelu. Kebanyakan orang di Desa Ringintelu giat bekerja untuk mencari uang. Biasanya mereka bekerja dan mendapatkan uang untuk membeli perabot rumah tangga, tanah, sepeda motor, dan memperbaiki rumah mereka. Kebanyakan dari warga Desa Ringintelu bangga akan basis material yang dimilikinya. Sehingga tidak jarang mereka terus bekerja untuk memperoleh kekayaan material.

Pertanyaan selanjutnya adalah dimanakah komoditas non-materialnya misalnya seperti menjadi tokoh masyarakat atau menjadi pemuka agama. Sebagian besar dari warga Desa Ringintelu tidak memiliki keinginan untuk mengakses kearah yang non-material misalnya untuk menjadi pemuka agama. Menjadi pemuka agama biasanya hanya berlaku bagi mereka yang memang anaknya pemuka agama atau anaknya Kyai. Warga desa sudah mulai menggunakan pemikiran rasional mereka sehingga sikap individual seperti orang kota sudah mulai menghinggapi warga desa yang ada di Desa Ringintelu. Namun demikian, kegiatan seperti membantu tetangga yang sedang hajatan, membangun rumah atau kerja bakti bersih desa masih tetap ada di desa Ringintelu. Artinya, ciri khas warga desa yang kegotong royongan di Desa Ringintelu ini masih terjaga meskipun pemikiran mereka sudah bergerak kearah pemikiran orang kota.

 

Pengaruh Komoditas yang Dominan Terhadap Masyarakat Desa Ringintelu

            Ada pengaruh yang cukup signifikan atas pemikiran warga desa yang mulai rasional. Komoditas material yang dominan di dalam masyarakat desa ringintelu telah membawa mereka kearah pemikiran rasional. Jika dahulu orang gotong royong dan kerja bakti dilakukan sangat giat untuk kepentingan bersama. Sekarang orang sudah mulai memikirkan diri sendiri dari pada berpikir untuk kepentingan umum. Artinya, komoditas material yang dominan tersebut telah mengubah mindset masyarakat Desa Ringintelu untuk lebih memiliki sikap individualis. Mereka lebih suka bekerja mencari uang dari pada kerja bakti untuk kepentingan bersama. Lebih mengutamakan kepentingan pribadi dari pada kepentingan bersama. Adapun mereka mau melakukan kerja bakti bila mereka didatangi langsung oleh Bapak RT. Artinya ada degradasi tersendiri akan kesadaran mereka untuk hidup lebih mementingkan kepentingan bersama.

Pola gaya hidup masyarakat Desa Ringintelu yang sudah bergerak ke pola gaya hidup orang kota bisa dilihat dari model rumah mereka. Terlihat bila model rumah-rumah mereka sekarang diberi benteng. Artinya ketika rumah-rumah mereka sudah diberi benteng akan membuat pola hidup mereka menjadi individualis. Mereka akan menjadi jarang bermain kerumah tetangga. Orang juga cenderung menjadi sungkan bila mau bermain kerumah tetangganya yang diberi benteng. Akibat dari pengaruh komoditas material ini juga membuat pemikiran warga Desa Ringintelu menjadi lebih pragmatis dan materialis. Masyarakat Desa Ringintelu akan terlihat bangga bila mereka telah berhasil mengumpulkan kekayaan lebih banyak daripada orang-orang yang ada disekitarnya. Dapat dikatakan bahwa hadirnya dominasi komoditas material ini memiliki dampak yang kurang baik bagi masyarakat Desa Ringintelu.

Perbedaan Desa Ringintelu dengan Desa Lain Disekitarnya

            Ada perbedaan yang menarik antara Desa Ringintelu dengan Desa lain yang ada disekitarnya. Jika dilihat dari komoditas pertaniannya, antara Desa Ringintelu dengan dengan desa-desa lain yang ada disekitarnya hampir tidak ada perbedaannya. Karena daerah yang ada di Desa Ringintelu dengan daerah yang lainnya memang berbasis pertanian, terutama padi. Namun jika dilihat dari sektor perkonomiannya, Desa ringintelu masih kalah bersaing dengan Desa Kebondalem yang terletak disebela utaranya. Di dalam desa Kebondalem terdapat Pasar senen yang ramai dikunjungi orang, sehingga sektor ekonominya lebih maju. Jika dilihat dari aspek sosialnya, antara Desa Ringintelu dengan Desa yang ada disekitarnya terlihat ada perbedaan. Di sebelah Barat Desa Ringintelu ada Desa Barurejo. Desa Barurejo terlihat lebih materialis daripada desa Ringintelu. Desa Barurejo kental dengan hubungan patron klien antara tuan tanah dan buruh tani. Meskipun di Desa Ringintelu juga ada hubungan Patron klien antara pemilik tanah dengan buruh tani, namun jumlahnya lebih sedikit.

Di desa Ringintelu cukup terkenal dengan penghasil gula merah. Di Desa Ringintelu ada perusahaan gula merah yang cukup besar. Banyak dari masyarakat Desa Ringintelu yang berprofesi sebagai petani nira/pembuat gula merah. Gula merah yang dihasilkan oleh warga Desa ringintelu selanjutnya di jual ke pengusaha besar gula merah yang selanjutnya nanti di jual lagi ke berbagai daerah diluar Banyuwangi. Dalam hal ini, hubungan patron klien antara pengusaha gula merah dengan para pembuat gula merah sangat kuat. Hubungan patron klien antara  pengusaha gula merah dengan para pembuat gula merah ini hanya terjadi di Desa ringintelu dan tidak terjadi di desa-desa lain di sekitar desa ringintelu. Hubungan patron klien yang terjadi desa ringintelu antara pengusaha gula merah dengan para pembuat gula merah ini telah menciptakan stratifikasi sosial. Dimana pengusaha gula merah memperoleh strata atas karena pengusaha ini sangat dihormati oleh warga. Karena banyak dari warga desa yang menjual gula merahnya ke pengusaha tersebut akan memperoleh hadiah saat menjelang hari raya idul fitri dari pengusaha tersebut.

 

KESIMPULAN

 

            Dapat disimpulkan bila stratifikasi sosial yang terbentuk di Desa ringintelu bukan atas dasar tingkat kepemilikan material. Meskipun pada kenyataannya kebanyakan dari warga Desa Ringintelu sendiri sangat giat untuk mengumpulkan kebutuhan material, misalnya saja giat bekerja untuk mendapatkan uang dan hasilnya untuk membeli perabot rumah tangga, tanah dan sebagainya. Akan tetapi ketika mereka telah memiliki kekayaan material yang banyak tidak akan menjamin mereka untuk bisa menduduki posisi strata atas dalam masyarakat. Akan tetapi yang menjadi penentu strata sosialnya adalah sikap hormat sikap bijaksananya.

Seseorang yang kaya namun tidak memiliki sikap hormat tidak akan memperoleh status sosial atas dalam desa Ringintelu, mereka yang kaya namun tidak memiliki sikap hormat tidak akan dihargai dalam masyarakat. Jadi status sosial dalam masyarakat Desa Ringintelu itu tercipta karena sikap hormat individu terhadap orang lain dalam masyarakat. Tidak peduli mereka kaya atau miskin, strata atas akan diduduki mereka yang hormat dan bijaksana terhadap sesama dalam masyarakat. Mereka yang hormat dan bijak akan tetap dihormati dan dihargai dalam masyarakat Desa Ringintelu.

DAFTAR PUSTAKA

 

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.


[1] Lihat dalam buku Sosiologi Suatu Pegantar karangan Soerjono Soekanto hal. 197

[2] Lihat dalam buku Pengantar sosilogi pedesaan dan pertanian karangan rahardjo hal. 117

[3] Dalam buku Sosiologi Suatu Pegantar karangan Soerjono Soekanto hal.237-238

Categories: Sosiologi Pedesaan | Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.